Dalam Setiap Hubungan
Dalam setiap hubungan, semua
berlangsung begitu indah. Seakan kamu bisa hidup meski dunia runtuh, langit
jatuh, angin topan dan puting beliung beradu, dan gunung-gunung berapi meletus.
Asalkan dia tetap berada disampingmu. Namun ada hal yang selalu kamu hindari
saat menjalin suatu hubungan, menghindari pertanyaan-pertanyaan serius, kapan
kamu akan bertemu orang tuaku, kapan kamu akan melamar diriku. Yang hanya kamu
jawab dengan sebuah senyuman tipis, atau hanya sebuah tawa lirih kecil. Seakan
pertanyaan tersebut hanya sebuah gurauan kecil yang akan selalu ditanyakan pada
saat topik yang ingin kamu bicarakan habis. Selalu seperti itu, berulang kali
terus menerus hingga kemudian kamu sadar itu bukan sebuah gurauan. Namun kamu
telat menyadarinya, karena akhirnya dia pergi, tidak menyukai pria tanpa
komitmen katanya.
Sang wanita hanya pergi menjauh, berlari sejauh-jauhnya ingin mencoba melupakannya, ia sadar dengan kebodohannya. Sadar bahwa cinta yang tidak didasari oleh sebuah keseriusan dan dibalut dalam sebuah kemasan kecil nan apik bernama pernikahan, tidak akan menjadi sebuah hubungan yang harmonis. Seolah berada di sinetron, sang wanita berlari menabrak seorang pria. Ia jatuh terperosok dan uluran tangan sang pria disambutnya. Ucapan terima kasih, yang kemudian berujung kepada sebuah cerita hangat di sebuah café kecil di sebelah utara ibukota. Sang pria dan sang wanita kian dekat. Ya, kisah tersebut kemudian terulang kembali. Drama kecil yang tak selayaknya kita perankan, kita perankan. Meski tanpa naskah dan tanpa arahan sutradara, kisah tersebut berulang bak debur ombak di tepian pantai. Yang mengalun indah di tengah kemudian terhempas kencang di ujung pantai. Untuk kemudian diseret kembali ke tengah, hingga tiba saatnya untuk kembali dihempas di pantai.
Komentar
Posting Komentar