Kawan

     Pagi itu ku bangun dengan wajah berseri akan menatap hari baru. Seperti lazimnya kebiasaan di asrama, melaksanakan sholat shubuh berjamaah di masjid. Sesudah sholat shubuh, ku kembali terlelap dalam tidur. Ya, tak ada perasaan aneh apa-apa dalam diriku. Tak kurasakan akan ada apa hari ini.

     Beranjak dengan naiknya matahari tepat diatas kepala, kami melaksanakan sholat jum'at dengan khidmat. Seusai sholat jum'at, kami makan siang dan kembali mengikuti pelajaran di kelas. Di tengah pelajaran, awan hitam datang menghampiri Depok. Setetes demi setetes air hujan mulai jatuh membasahi bumi. Di akhir jam pelajaran, perasaan bathinku mulai kacau. Gua kebelet boker. Aku mulai menerka-nerka apa yang akan terjadi sekarang. Sesaat setelah keluar dari kelas, kutemukan jawaban itu.

     Suara tangis membahana di sepanjang lorong kelas 10. Sebagian besar murid kelas 10 masih tak menyadari apa yang sedang terjadi saat ini. Kami yang mengetahuinya mengawal kawan kami angkat kaki dari lingkungan kelas. Kutuntun dia. Lambat laun satu persatu dari kami meninggalkannya dibawa pergi oleh guru. Suara pilu tangis masih membahana di lorong kelas. Rasa sakit itu juga kurasakan. Seberapa bencinya diriku dengannya, dia tetap keluargaku. Keluarga yang juga baru menerimaku 3 bulan yang lalu. Rasa sakit itu terus kupendam. Beberapa detik berlalu, air mataku juga mulai turun. Namun aku tak mau berlarut dalam kesedihan itu. Kuusap air mata itu dan kembali bertingkah sok bijak dengan menenangkan teman-temanku yang bersedih. Kulanjutkan kegilaanku yang biasa untuk menutupi luka dalam ini.

     Suara Adzan Ashar kulantunkan dengan penuh penghayatan (meski gua yakin agak jelek karena gua serek) kulantunkan dengan semerdu yang ku bisa. Dilanjutkan dengan aktivitas sebelum sholat seperti biasanya. Kemudian kami melaksanakan sholat Ashar berjamaah dengan khusyuk, tenang, didampingi suara tetesan hujan. Usai sholat, kami tak diperkenankan meninggalkan masjid. 'Dia' memasuki masjid dengan sosok menahan tangis. Mengucapkan sepatah dua patah kata sebelum meninggalkan tempat ini. Pesan yang akan kujaga bersama kawan-kawanku.

Agar kami tetap solid dan tidak membeda-bedakan teman
Hujan masih terus menetes mengantarkannya untuk meninggalkan sekolah ini
Pertanda bumi ikut bersedih atas kepergiannya
Namun...

Sesaat sebelum dia pergi meninggalkan lingkungan ini,
Secercah cahaya dari langit mulai tampak
yang menandakan agar kami tak larut dalam kesedihan
Dan menatap hari esok yang cerah

Apapun yang terjadi,
Kemanapun kau pergi,
Dimanapun kau sekarang,
Kau tetaplah keluarga kami

Ingatlah dalam sejarah hidupmu,
Bahwa kau pernah bertemu dengan kami
Ingatlah dalam benakmu,
Bahwa kau selalu di hati ini

Meski kau bukan teman terbaikku,
Meski kau tak memiliki hubungan darah denganku,
Meski kita memiliki kepribadian yang berbeda,
Ingatlah bahwa kau adalah keluarga kami
Keluarga Besar SMAI Lazuardi Gis

~Dedicated to our friend and our family. Not the best friend but the most memorable friend.

"Bukan kata perpisahan yang ada. melainkan kata akan bertemu kembali."
"Ada pertemuan, pasti akan ada yang namanya perpisahan."
"Tak perduli apa yang orang bilang tentang lu, lu akan selalu jadi keluarga kita."
"Jika tak ada lagi tempat untukmu kembali, ingatlah kami selalu bersamamu."
"Kami selalu berdo'a yang terbaik untukmu."
"The world must go on no matter what happens to you."
"Kita kan selalu bersama dalam suka maupun duka."
"Lebih baik berjalan di tempat yang gelap bersama teman daripada berjalan di tempat terang sendirian."

~Kau takkan kami terlupakan~

     Oke cukup nangisnya kalo lu nangis. Kesedihan tak selalu harus diungkapkan dengan air mata. Ga akan ada yang terjadi bila yang kita lakukan hanya nangis, nangis, dan nangis. Kita harus bertindak kawan. Bukan dengan menahannya agar ga pergi dari sini. Berdo'a yang terbaik untuk dia.

*Curhat dikit* Gua tau blog gua sekarang udah sedikit komedinya. Orang pasti bilang Komedinya blog gua cuma sebatas nama. Kalo gitu setelah post ini gua bakal ngebuat post kocak dijamin ngakak deh bacanya. :D

Komentar

Postingan Populer